Review Meet Me After School (2018), Hubungan Terlarang Antara Guru dan Murid

Meet Me After School (2018) merupakan serial drama Jepang yang bisa kamu saksikan di platform streaming Netflix, serial ini pertama kali ditayangkan pada kanal Tokyo Broadcasting System (TBS) pada tahun 2018. Penulis tertarik menonton serial ini ketika mengetahui bahwa pemeran utama wanita adalah Kasumi Arimura yang memerankan tokoh bernama Hijiri Suenaga, penulis pertama kali menyaksikan akting Arimura pada film Netflix berjudul Call Me Chiciro (2023).

Meet Me After School (2018) diangkat dari sebuah manga terbitan tahun 2013 yang berjudul ChÅ«gakusei Nikki (on-going), manga ini mengisahkan hubungan percintaan antara seorang guru wanita sekolah menengah pertama bernama Hijiri Suenaga dengan murid laki-lakinya yang bernama Akira Kuroiwa (Kenshi Okada). Hijiri dan Akira saling tertarik satu sama lain walaupun kondisi masing-masing tidak ideal, saat mereka bertamu Hijiri masih bertunangan dengan Shotaro Kawai (Keita Machida) sedangkan Akira merupakan muridnya yang masih dibawah umur. Sebagai seseorang yang dewasa, kondisi inilah yang membuat Hijiri menjadi bimbang, apakah “membuka hati sepenuhnya” untuk Akira atau meminta Akira untuk berhenti menggangunya.

Salah satu titik puncak dari konflik serial ini adalah ketika ibu Akira yaitu Aiko Kuroiwa (Yui Natsukawa), Shotaro serta guru-guru di sekolah mengetahui hubungan mereka berdua, untuk mencegah hal-hal yang lebih buruk terjadi, Aiko memutuskan untuk memindahkan Akira ke sekolah lain, Hijiripun akhirnya “dipecat” dari sekolah dan memilih untuk mengakhiri pertunangannya dengan Shotaro walaupun pada awalnya Shotaro “mengabaikan” dan memanfaatkan kenyataan bahwa Hijiri tertarik dengan Akira.

Meet Me After School (2018), Membawa Isu Kontroversial ke Layar Kaca

OST dari serial Meet Me After School (2018)

Penulis cukup kaget dengan keputusan dari TBS untuk menyiarkan adaptasi dari manga Chūgakusei Nikki karena membawa isu hubungan antara orang dewasa dengan anak-anak dibawah umur, jika film ini dibawa ke Lembaga Sensor Film Republik Indonesia penulis tidak yakin film ini akan lulus sensor.

Meet Me After School (2018) terdiri dari 11 episode dengan latar waktu yang berbeda-beda, lima episode awal kita akan dibawa menyelami apa yang terjadi pada saat Hijiri dan Akira masih beraktivitas di sekolah menengah pertama, kita juga akan diperlihatkan kisah mengenai Shotaro dengan boss wanitanya yang bernama Ritsu Haraguchi (Yo Yoshida). Pada lima episode selanjutnya kita akan dibawa kepada cerita ketika Akira yang sudah berumur 18 tahun bertemu kembali dengan Hijiri, dan bagaimana Ibunya berusaha untuk mencegah mereka berdua untuk berhubungan kembali, kita juga akan diperlihatkan kisah menarik antara Shotaro denga Yoshida dimana hubungan mereka tumbuh berkembang menjadi hubungan sepasang kekasih. Serial ini akhirnya ditutup dengan satu episode terakhir yang berakhir dengan happy ending untuk Akira dan Hijiri

Side plot menarik lainnya adalah bagaimana Akira akhirnya bertemu dengan ayahnya yang menghilang saat ia berumur lima tahun, ia juga mendapatkan informasi lebih lengkap mengapa kedua orang tuannya berpisah dan mengapai ibunya mencegah Akira untuk mencari tahu lebih jauh mengenai keberadaan ayahnya.

In My Humble Opinion

Meet Me After School (2018) membawa sebuah isu yang sangat kontroversial yaitu hubungan romantisme antara orang dewasa dan anak-anak dibawah umur atau sebuah upaya child grooming dimana orang dewasa memanipulasi dengan anak dibawah umur untuk keuntungan dirinya (Hijiri).

Menurut penulis, serial ini kurang berhasil mengambarkan “alasan yang lebih logis” bagaimana seorang wanita berumur 25 tahun yang sudah bertunangan dengan pria yang berpenghasilan tetap lebih memilih memindahkan “perasaannya” kepada seorang pemuda berusia 14 tahun walaupun ada satu adegan dimana Hijiri menceritakan alsannya tetapi hal tersebut sangatlah “dangkal dan tidak masuk akal”. Hijiri melakukan kontak fisik dengan Akira yang masih dibawah umur, walaupun hal tersebut dilakukan dengan dasar suka sama suka tetapi tidak ada intervensi dari pihak kepolisian.

“Kenekatan” Akira untuk terus mengejar Hijiri juga patut dipertanyakan, apakah mungkin hal ini karena “rasa balas dendam” karena dirinya tidak mendapatkan kesempatan untuk mengenal ayahnya karena selalu dicegah oleh ibunya sehingga ia “berulah” di tempat lain?

Singkat kata
Meet Me After School (2018) merupakan serial drama kontroversial mengenai dua orang individu berbeda umur sangat jauh. Hubungan mereka banyak tidak disetujui termasuk oleh orang tua masing-masing, pada akhirnya waktu juga yang menyatukan mereka berdua”

Resensi Legal V Ex-Lawyer Shoko Takanashi (2018), Film Bertema Hukum dari Jepang

Netflix tidak hanya menghadirkan serial anime asal Jepang di platformnya, terdapat pula serial drama asal Jepang yang bisa kalian saksikan salah satunya adalah mini serial berjudul Legal V Ex-Lawyer Shoko Takanashi (2018).

Film yang keluar pada 2018 ini berkisah mengenai Shoko Takanashi (Ryoko Yonekura) mantan pengacara yang kehilangan lisensinya untuk menjadi pengacara karena disangka memberikan uang kepada anggota Yakuza. Untuk membersihkan namanya, Shoko Takanashi mendekati seorang profesor hukum di universitas bernama Masahiko Kyogoku (Hideki Takahashi) untuk mendirikan kantor firma hukum.

Shoko Takanashi juga merekrut beberapa orang lain untuk menjadi staf-nya yaitu Keita Aoshima (Kento Hayashi) seorang pengacara muda dan merekrut beberapa paralegal yaitu Rie ito (Yumi Adachi), Yuichi Baba (YosiYosi Arakawa), dan Akira Kayano (Shohei Miura).

Pelan tapi pasti firma hukum baru ini mulai meraih pelanggan, tetapi sering kali firma ini berhadap dengan mantan firma hukum yang dahulu mempekerjakan Shoko Takanashi. Firma hukum tersebut dipimpin oleh Soichiro Tenma (Fumiyo Kohitama).

Legal V Ex-Lawyer Shoko Takanashi (2018) Memiliki Jalan Cerita yang Lurus

Tidak banyak kejutan atau twist dari film ini, jalan cerita memang didesain untuk memastikan bahwa tokoh utama yaitu Shoko Takanashi berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan saat mendirikan firma hukum.

Proses pengadilan yang ditampilkan di film ini juga “diragukan” orisinalitasnya, kemungkinan besar pengambaran proses pengadilan yang cerita ini hanya fiksi belaka karena banyak proses yang ‘tidak masuk akal’ menurut logika orang awam.

Singkat kata
“Jika kalian membutuhkan film tanpa ‘banyak berpikir’ mengenai seorang wanita yang mampu mewujudkan apa yang diinginkannya, Legal V Ex-Lawyer Shoko Takanashi (2018) merupakan film yang cocok”

Penulis film ini memiliki nilai bintang * (Satu), tontonlah ketika kalian memiliki banyak waktu luang).
Selamat menonton!!

Resensi Gate (2015), Anime Hasil Karya Tentara Jepang

Jika kalian penasaran seperti apa sebuah cerita fantasi yang ditulis oleh mantan anggota Japan Self-Defence Force (JSDF), anime berjudul Gate: Jieitai Kano Chi nite, Kaku Tatakaeri (ゲヌト 自衛隊 圌の地にお、斯く戊え) atau Gate (2015) merupakan anime bergenre Isekai yang cocok untuk kalian tonton.

Cerita Gate (2015) bermula ketika sebuah portal berbentuk bangunan bergaya Romawi tiba-tiba muncul di tengah kota Ginza, Tokyo modern. Dari dalam portal tersebut muncul pasukan yang terdiri dari tentara yang menggunakan persenjataan abad pertengahan dan beragam monster. Pasukan tersebut menyerang warga Tokyo dan mengakibatkan banyak korban jiwa.

Gerbang misterius yang muncul di tengah Ginza, Tokyo dalam anime Gate (2015)

JSDF diturunkan dan dengan mudah memukul mundur pasukan tersebut dan saat penyerangan terjadi tokoh utama dari cerita ini yaitu Yōji Itami seorang perwira JSDF yang sedang tidak bertugas berhasil menyelamatkan banyak nyawa penduduk Tokyo setelah membantu mengevakuasi mereka ke dalam halaman istana Tokyo.

Setelah berhasil memukul mundur pasukan lawan, JSDF mengirimkan pasukan ke dalam gerbang dan membangun pangkalan militer di balik portal untuk mencegah serangan terjadi serta memulai pendekatan yang bersifat soft power kepada kerajaan agar traktat perdamaian bisa tercapai.

Pemerintahan Jepang sebagai negara yang punya akses khusus ke wilayah di balik gerbang menetapkan bahwa wilayah tersebut merupakan special regional Jepang. Yōji Itami akhirnya ditugaskan untuk berangkat menuju special regional, ia mendapatkan tugas khusus untuk mendekati penduduk lokal untuk mengumpulkan data intelejen agar misi pemerintahan Jepang tercapai dengan baik.

Gate (2015), Anime yang Penuh dengan Pesan-Pesan Diplomasi

Sebagai sebuah film fantasi, Gate (2015) menawarkan pendekatan yang berbeda karena mempertemukan pasukan militer dengan teknologi modern melawan pasukan militer abad pertengahan. Tentunya seorang prajurit yang menggunakan busur dan pedang tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan perang melawan pasukan yang bersenjatakan pistol dan senapan serta peralatan tempur berat seperti tank dan helikopter tempur.

Jepang-pun tidak berpikir untuk menyerang balik kerajaan, mereka mencari cara agar perdamaian bisa terwujud untuk mencapai tujuan tersebut Jepang menempatkan duta besar dan membuka dialog dengan putri kerajaan agar raja setuju untuk berdamai.

Disinilah timbul konflik, dimana tidak semua keluarga raja setuju untuk berdamai, ada pangeran yang berusaha untuk mengagalkan rencana tersebut dan terus berperang dengan Jepang walaupun mereka tidak akan mungkin menang.

Diluar pembicaraan formal dengan pihak kerajaan, JSDF juga berusaha untuk membuka komunikasi dengan penduduk kerajaan sebagai bentuk soft diplomatic. Mereka juga membuka hubungan perdagangan dengan menjual benda-benda modern dari Jepang dan memperkerjakan penduduk setempat. Walaupun terdapat kendala dalam bahasa tetapi penduduk kerajaan menerima kehadiran Jepang secara umum.

Gate (2015), Selalu Ada Tujuan Dibalik Sebuah Diplomasi

Walaupun Jepang terlihat tulus dalam berdiplomasi dengan pihak kerajaan tetapi jika kita pikirkan lebih mendalam terdapat niatan terselubung dari pemerintah Jepang, hal ini bisa dilihat dari salah satu misi JSDF untuk mencari sumber daya alam baru seperti emas, permata, kayu, logam, atau bahkan minyak.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam berdiplomasi tentunya ada kepentingan-kepentingan lain yang harus dipenuhi secara maksimal, dalam hal ini adalah kepentingan Jepang untuk mencari sumber daya alam, hal ini bisa kita lihat dengan jelas di film Gate (2015).

Hal lain yang perlu dicermati dalam film ini adalah tidak adanya unsur “remorse” atau “bersalah” dari para anggota JSDF saat membantai pasukan kerajaan. Hal ini bisa jadi memang sebuah doktrim yang ada di dalam diri tentara, di medan perang pilihannya adalah membunuh atau dibunuh!

Singkat kata
Gate (2015) menawarkan sebuah pendekatan unik dari film fantasi bergenre isekai yaitu mempertemukan persenjataan modern dengan persenjataan abad pertengahan. Selain itu, Gate juga menawarkan sebuah film yang penuh sudut pandang diplomasi yang dibawa oleh tentara”

Penulis memberikan nilai 2 Bintang ** (tontonlah ketika ada waktu) untuk film ini, terutama buat kalian yang senang dengan film anime!
Selamat menonton!

Resensi The Rising of the Shield Hero (2019), Cerita Perjuangan Pahlawan yang Tersisih

Satu lagi Anime yang bisa kalian tonton di Netflix, anime ini diangkat dari light novel yang berjudul sama yaitu The Rising of the Shield Hero (2019) atau dalam bahasa Jepang ditulis sebagai Tate no YÅ«sha no Nariagari karya Aneko Yusagi, novel ringain ini terbit dari tahun 2012 sampau dengan 2015.

The Rising of the Shield Hero (2019) merupakan anime bergenre fantasi dimana ceritanya berfokus kepada karakter bernama Naofumi Iwatani. Ia ‘tersedot’ ke dalam dimensi lain setelah membuka sebuah buku di perpustakaan dimana di dimensi lain ia menjelma menjadi sosok pahlawan legendaris yang menggunakan perisai/shield legendaris.

Iwatani tidak datang sendirian, ia datang bersama tiga orang pahlawan lain yang menggunakan senjata legendaris yang berbeda yaitu pedang (Ren Amaki), busur (Itsuki Kawasumi), dan tombak (Motoyasu Kitamura).

Kedatangan Iwatani dan tiga pahlawan lainnya adalah untuk menyelamatkan kerajaan dari serangan gerombolan moster yang muncul pada masa “Wave”. “Wave” sendiri merupakan periode tertentu dengan durasi terbatas dimana sebuah portal terbuka sehingga monster-moster bisa datang dan menyerang kerajaan, “Wave” sendiri selesai ketika seluruh moster yang muncul telah dikalahkan.

The Rising of the Shield Hero (2019), Anime yang ‘Dewasa’ dan ‘Serius’

Iwatani dan Raphtalia

Dibandingkan light novel sejenis, The Rising of the Shield Hero (2019) menawarkan jalan cerita yang ‘lebih dewasa’ dan ‘serius’ dibandingkan dengan anime-anime fantasi lainnya seperti Sword Art Online atau Log Horizon.

Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana Iwatani hanya mendapatkan perisai yang sifatnya defensive dibandingkan dengan pahlawan-pahlawan lain yang mendapatkan senjata yang bersifat offensive. Perbedaan ini membuatnya merasa bahwa dirinya dikucilkan, ia sendiri sempat ‘mempertanyakan’ dan ‘merefleksikan diri mengapa dirinya hanya mendapatkan peralatan yang tidak bisa digunakan untuk menyerang.

Hal lainnya yang terjadi kepada Iwatani adalah jalan cerita yang mempertemukannya dengan anak perempuan dari raja yang menjadi tokoh pendamping pahlawan bernama Myne. Pada awalnya Myne bersikap baik dengannya tetapi ternyata Myne dari awal sudah memiliki niat buruk, ia menjebak dan menuduh Iwatani mencoba memperkosanya. Walaupun ia lolos dari hukuman mati, ia menjadi dikucilkan dan dibenci oleh seluruh penduduk kerajaan.

Di dunia The Rising of the Shield Hero (2019) perbudakan merupakan hal yang wajar dan tidak dilarang. Demi membantunya untuk naik level, Iwatani mengambil keputusan untuk membeli budak dan menjadikannya ‘juru serang’ sehingga Iwatani bisa naik level. Ia-pun akhirnya membeli seorang budak bersosok demi-human bernama Raphtalia.

Raphtalia digambarkan sebagai gadis kecil yang telah mengalami kekerasan fisik dan non-fisik sebelum dibeli oleh Iwatani, walaupun pada awalnya ‘kejam’, Iwatani berusaha memperlakukan Raphtalia secara manusiawi, dibawah asuhannya Raphtalia menjelma menjadi sosok yang mahir menggunakan pedang, seiring dengan bertambahnya level Raphtalia, fisiknya berubah dari anak-anak menjadi remaja dewasa.

The Rising of the Shield Hero (2019) Merupakan Dunia Abu-abu

Iwatani menghadapi perlawanan tangguh dari musuhnya dalam anime The Rising of the Shield Hero (2019)

Tidak seperti jalan cerita film pahlawan pada umumnya yang menyajikan secara jelas pertarungan antara pihak baik (putih) dan pihak buruk (hitam), film ini akan membawa kita berpikir bahwa apa yang mungkin salah satu tokoh rasakan sebagai sebuah tindakan yang tidak baik, mungkin bagi orang lain hal tersebut merupakan tindakan yang baik.

Menjelang episode-episode akhir dari The Rising of the Shield Hero (2019) penonton akan disajikan dengan informasi bahwa serangan monster tidak hanya terjadi di satu tempat tetapi di beragam dimensi dunia.

Wave” membuka portal dunia paralel yang memungkinkan pahlawan dari setiap dunia untuk menyebrang ke dunia paralel lainnya. Ketika nantinya para pahlawan ini saling berhadapan, siapakah karakter yang bisa disebut sebagai penjahat?

Singkat kata
“The Rising of the Shield Hero (2019) menampilkan anime yang memperlihatkan sisi ‘manusia’ dari seorang pahlawan. Mereka bukanlah seseorang tanpa celah, mereka bisa jatuh, mereka bisa salah, dan mereka-pun bisa menjadi jahat”

Penulis memberikan nilai 2 Bintang ** (tontonlah ketika ada waktu) untuk film ini, terutama buat kalian yang senang dengan film anime!
Selamat menonton!

Resensi Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019)

Netflix juga penuh dengan beragam film-filn anime, salah satu nama besar yang masuk ke Netflix adalah Studio Ghibli yang seluruh film produksinya ke platfrom streaming Netflix. Terdapat film-film anime lain yang bisa kalian nikmati salah satunya berjudul Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019) atau juga dikenal dengan judul Familia Myth.

Penulis tumbuh besar dengan bermain game MPPORG legendaris yaitu Ragnarok Online, beberapa bagian dari plot cerita Familia Myth serupa dengan Ragnarok, seperti keberadaan monster dan dungeon, pengaturan ulang status ketika kita naik level, dan drop item yang bisa kita jual untuk mendapatkan uang.

Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019), Anime Soal Dewa yang Turun ke Bumi

Jepang memiliki beragam jenis film fantasi beberapa contoh film fantasi populer yang bertemakan “MMPORG” seperti Sword Art Online, Log Horizon, dan .hack sedangkan Familia Myth memiliki jalan cerita hybrid yang menyatukan peningkatkan kemampuan ala permainan MMPORG dan genre film fantasi.

Cerita anime Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019) berfokus kepada kehidupan yang terjadi di kota fiksi bernama kota Orario, sebuah dunia dimana dewa-dewi turun dari surga untuk mencari kesenangan dan berinteraksi dengan manusia. Demi menopang kesenangan, mereka membangun sebuah ‘keluarga’ yang terdiri dari manusia biasa.

Setiap anggota keluarga biasanya memiliki simbol atau tato khusus dipunggungnya dimana para dewa-dewi bisa mengakses dan memperbaiki ‘status’ dan ‘skill’ mereka. Status dan skill ini akan bertambah baik jika anggota keluarga rajin meningkatkan kemampuan dengan berburu monster di dungeon.

Kota Orario juga memiliki sistem guild yang menaungi seluruh Familia yang diciptakan oleh dewa-dewi. Pusat guild menawarkan bimbingan kepada setiap anggota Familia ketika mereka membutuhkan, tempat ini juga menjadi tempat penukaran drop item moster yang ditukar dengan mata uang Orario.

Walaupaun Dewa-Dewi sangat kuat tetapi mereka tidak ikut campur dalam pemburuan monster di dungeon, mereka bisa menawarkan saran dan panduan tetapi tidak bisa terlibat langsung dalam pemburuan tersebut, sampai dengan dua musim anime ini, belum didapatkan penjelasan mengenai alasan mengapa dewa-dewi tidak dapat ikut campur dalam pemburuan moster.

Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019), Anime Penuh dengan Konten Dewasa

Sayangnya, Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019) ini tidak cocok untuk anak kecil, rating di Netflix menempatkan film ini sebagai film dewasa. Hal ini terlihat dari bagaimana pemilihan pakaian yang dikenakan oleh dewi-dewi, terlihat minim dan menonjolkan lekuk tubuh wanita.

Tokoh utama cerita ini bernama Bell Cranel digambarkan sebagai sosok pemuda berumur 14 tahun yang masih polos tetapi beragam karakter-karakter wanita dan perempuan pada cerita ini tertarik dengan Bell karena kebaikan hatinya, daya juangnnya, serta tekadnya yang kuat.

Singkat kata
“Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? (2019) merupakan anime fantasi yang memperlihatkan perjuangan seorang pemuda from zero to hero

Penulis memberikan nilai 2 Bintang ** (tontonlah ketika ada waktu) untuk film ini, terutama buat kalian yang senang dengan film adaptasi dari light novel.
Selamat menonton!

Resensi Switched (2018), Sebuah Live Action Berkualitas dari Manga Populer

BEWARE SPOILER ALERT
“Story of Zenko who successfully switching her body with Ayumi a most popular student and Ayumi’s struggle to reclaim her body”

Penulis kembali terperdaya untuk menonton film live action asal Jepang, kali ini penulis menonton Switched (2018), sebuah fim bergenre drama yang diangkat dari komik berjudul “Sora wo Kakeru Yodaka” karya Shiki Kawabata.

Switched (2018) bercerita mengenai kehidupan siswi SMA Jepang bernama Ayumi Kohinata (Kaya Kiyohara) yang berbalik 180 derajat, entah bagaimana caranya ia bertukar tubuh dengan teman sekelasnya bernama Zenko Umine (Miu Tomita).

01. sei_23795087-7170
Zenko (kiri) dan Ayumi (Kanan)

Pertukaran tubuh ini bisa terjadi saat peristiwa alam “Red Moon”/lebih dikenal sebagai gerhana bulan, dari teks yang dibaca Zenko untuk melakukan pertukaran tubuh mengharuskan dirinya “bunuh diri” dihadapkan Ayumi.

Sesuai dengan teks yang dibacanya, Zenko dan Ayumi-pun bertukar tubuh!

Cerita kemudian berlanjut bagaimana Ayumi berusaha menyakinkan keluarganya serta dua sahabatnya — dimana salah satunya menjadi kekasihnya –, Shunpei Kaga (Daiki Shigeoko) dan Koshiro Mizumoto (Tomohiro Kamiyama) bahwa dirinya adalah Ayumi yang terjebak ditubuh Zenko, walaupun pada awalnya tidak percaya, Kaga akhirnya menyadari bahwa Ayumi-lah yang berada di tubuh Zenko.

Sementara itu, Zenko menikmati hidup dan kepopuleran Ayumi, iapun mendapatkan impiannya untuk menjadi kekasih Koshiro. Perlahan-lahan, Koshiro juga menyadari bahwa yang ada di dalam tubuh Ayumi adalah Zenko.

Cerita ini kemudian semakin berkembang dengan ditambah “bumbu” persaingan antara Kaga dan Koshiro. Koshiro merasa iri kepada Kaga karena ia lebih populer dan dipercaya oleh rekan-rekannya, Koshiro juga mengungkapkan bahwa tujuannya menjadi kekasih Ayumi merupakan caranya untuk merebut salah satu hal yang “berharga” untuk Kaga.

Koshiropun kemudian bertanya kepada Zenko bagaimana bertukar tubuh. Ia berharap bisa bertukar tubuh dengan Kaga, ia merasa tidak mampu menyaingi popularitas Kaga padahal ia sudah melakukan semuanya.

Switched (2018), Waspada Terhadap Kasus Perundungan pada Masa Sekolah

03.
Kaga (Kiri-Atas), Koshiro (Kanan-Atas), Ayumi (Kiri-Bawah) dan Zenko (Kanan-Bawah)

Switched (2018) mengangkat tema perundungan di sekolah. Zenko digambarkan sebagai perempuan yang tidak populer, ia kelebihan berat bedan, tidak merawat dirinya, ia dijauhi oleh teman-temannya, bersikap tertutup dan sering kali dijadikan bahan olok-olok.

Film ini membawa kita melihat lebih dalam apa yang terjadi Zenko, bagaimana kondisi dirumahnya mempengaruhi dirinya, membuat dirinya menjadi pribadi yang tertutup, ada rasa kecewa disana, kecewa karena keadaan di rumah yang harus dia hadapi, kecewa karena ketika pulang ke rumah ia tidak mendapati “kehangatan” yang ia butuhkan.

Selain itu, film ini menunjukan bahwa leader atau kalangan populer di sekolah memiliki peranan penting untuk mengurangi tindakan bullying kepada seseorang, yang harus dilakukan adalah merangkul para korban bullying sehingga mereka memiliki rasa percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri.

Akting keempat tokoh utama sangatlah menyakinkan, apalagi ketika mereka bertukar tubuh, hal inilah yang sampai membuat penulis “lupa bahwa karakter yang ada sudah bertukar tubuh.

02.

Switched (2018)ini bukan tanpa celah, kemampuan Red Moon tidak mendapatkan penjelasan yang baik, dari cerita yang disajikan dapat diketahui bahwa “pertukaran tubuh” ini sudah terjadi sangat lama, ada kemungkinan ilmu ini sudah diketahui sebelum zaman modern itulah yang menjadi dasar mengapa ayah Zenko menjadi pendeta yang menjaga gulungan tersebut.

Singkat kata”
Switched (2018) merupakan film adaptasi ini membawa cerita yang menarik yang didukung oleh kemampuan akting yang baik dari keempat tokoh utama. Selain itu, film ini membawa pesan penting terkait dengan tindakan perundungan di sekolah”

Penulis memberikan nilai 4.0/5.0 untuk film ini.
Selamat Menonton!!

Resensi Violet Evergarden (2018), Kisah Mantan Tentara yang Menjadi Penulis Surat

Anime (kartun Jepang) memang menjadi bagian hidup dari penulis, lahir digenerasi 90an tentunya penulis cukup akrab dengan Japanse-wave, salah satunya adalah banyaknya kartun Jepang yang hadir dikehidupan masa muda, contohnya Doraemon, Naruto, One Piece, dan lain-lain. Berkah masa kecil itu yang membuat sampai sekarang penulis menikmati anime sebagai saran hiburan.

Violet Evergarden (2018) merupakan anime yang diadaptasi dari light-novel berjudul sama karya Kana Akatsuki dengan ilustrasi oleh Akiko Takase. Berkisah mengenai perjalanan mantan tentara bernama Violet Evergarden untuk menemukan kembali tujuan hidup setelah ia berhenti dari tentara.

Violet, tentara dari Leidenschaftlich Army berhenti dari dinas ketentaraan karena ia cedera parah. Ia kehilangan kedua tangannya dan digantikan dengan lengan buatan. Bangun di rumah sakit dalam keadaan sendiri membuat ia kebingungan, karena selama masa perang ini ia hanya mengabdi kepada satu komandan, Major Gilbert Bouganinvillea.

03.

Violetpun akhirnya dijemput oleh salah seorang sahabat lama Major Gilbert, Colonel Hodgins. Ia sudah menyiapkan tempat baru untuk Violet tetapi ia dapat menyesuaikan diri. Hodgins membawa Violet berkunjung ke perusahaan ekspedisinya CH Postal Company yang memiliki layanan Auto Memory Dolls atau layanan penulisan.

Violet memutuskan untuk bergabung dengan CH Postal Company, iapun kemudian berusaha mengejar lisensi untuk bekerja sebagai Memory Dolls, tetapi hal itu bukanlah pekerjaan yang mudah bagi Violet dikarenakan dirinya yang besar di medan perang membuatnya kekurangan “sentuhan kehangatan” manusia karena ia hanya berpatokan kepada perintah dari atasannya.

Interaksinya dengan sesama pegawai CH Postal Company  menjadi poin penting bagi Violet untuk mengasah kepekaan terhadap perasaan manusia, karena dalam menulis sebuah surat dibutuhkan kemampuan dalam memahami dan merasakan perasaan seseorang dan kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

Violet Evergarden (2018), Semua Orang Punya Sisi Lembut Dalam Dirinya

Banyak hal yang bisa kita ambil dari cerita ini, begitu banyak pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta karya ini. Violet Evergarden (2018) banyak menggunakan nama bunga sebagai nama tokoh atau wilayah, makna bunga yang damai berkontradiksi dengan latar cerita ini yaitu peperangan, walaupun di akhir cerita perang tersebut berakhir dengan damai walaupun ada oknum yang berupaya mengagalkan upaya perdamaian.

Perjalanan Violet dalam memenuhi tuntutan pekerjaan mempertemukan dirinya dengan beragam individu dengan segala macam masalah, mulai dari bagaimana menuliskan perasaan seseorang lewat kata, seorang ayah yang kehilangan anaknya karena penyakit, seorang kekasih yang menunggu pasangannya pulang dari medan perang.

02.

Lewat perjalanannya ini Violet belajar kembali untuk mengenal yang namanya emosi dan perasaan manusia serta bagaimana berinteraksi dengan manusia.

Pesan lain yang hendak disampaikan mungkin berhubungan dengan malapetaka yang dibawa oleh perang, perang akan menimbulkan korban jiwa dimana korban-korban tersebut memiliki kehidupan, orang-orang yang disayangi sebelum mereka berangkat ke medan perang. Tiada pemenang dalam sebuah perang, mengutip peribahasa Indonesia, menang jadi arang kalah jadi abu.

01.

Untuk rekan-rekan yang gemar menonton kartun Jepang, Violet Evergarden (2018) ini sangat menyasyikan untuk ditonton. Bagi yang tidak terbiasa untuk menonton anime, mungkinn film ini bisa dicoba sebagai gerbang masuk menuju anime-anime menarik lainnya.

Penulis memberi nilai 4/5 untuk film ini.
Selamat menonton!!