Review Juvenile Justice (2022), Melihat Kenakalan Remaja dan Putusan Hukum

Pernahkah kalian pernah bertanya di dalam hati, “Apa yang akan kamu lakukan ketika anakmu melakukan pelanggaran hukum dan dibawa ke pengadilan?” Itulah pertanyaan yang pertama kali muncul ketika penulis tertarik untuk mencoba menonton drama kriminal Juvenile Justice (2022) karena serial ini bercerita mengenai kenakalan remaja dan hukum.

Di Indonesia peraturan mengenai peradilan anak diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, undang-undang telah mengakomodasi poin-poin dari Konvensi Hak-Hak Anak, undang-undang ini berlaku untuk seseorang yang telah berusia 12 tahun tetapi belum mencapai usia 18 tahun saat diduga melakukan tindakan pidana. Selain mengatur mengenai anak-anak sebagai pelaku, undang-undang ini juga memuat bagian ketika anak-anak menjadi korban kejahatan. Prisnip keadilan dalam undang-undang ini adalah keadilan restoratif, sebuah penyelesailan perkara tindak pidana untuk mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan.

Tentunya dasar hukum pengadilan anak di Korea Selatan dan Indonesia berbeda tetapi kedua peraturan ini menitikberatkan kepada penyelesaian di luar hukum karena pelaku dianggap belum cukup umur untuk mengerti apa konsekuensi dari tindakannya tetapi pertanyaannya adalah apakah benar anak-anak tersebut tidak mengerti bahwa yang mereka lakukan itu salah?

Juvenile Justice (2022), Mengungkap Fakta Lain Ketika Memiliki Anak

Shim Eun-Seok saat duduk di kursi hakim dalam serial Juvenile Justice (2022)
Shim Eun-Seok saat duduk di kursi hakim

Salah satu pesan yang penulis dapatkan dari serial Juvenile Justice (2022) adalah keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk sikap dan karakter anak, bagaimana komunikasi dan kehadiran orang tua kepada anak akan membentuk karakter seorang anak.

Bar parenting led to bad kids!”

-Writer

Tokoh utama dari serial ini bernama Shim Eun-Seok (Kim Hye-soo) merupakan seorang hakim yang bertugas di pengadilan anak, ia merupakan sosok wanita misterius yang menjaga jarak dengan rekan kerjanya serta tidak mengungkapkan masa lalunya. Ia merupakan sosok hakim yang dingin terhadap para tersangka dan tidak mudah dikelabui oleh argumen-argumen yang diberikan penasehat hukum dan para tersangka, hal ini tidak lepas dari pengalaman pribadinya dimana anak kandungnya tewas karena perilaku kenakalan remaja.

Eun-seok memiliki rekan kerja bernama Cha Tae-Ju (Kim Moo-Yul), ia memiliki sikap yang sangat berbeda dengan Eun-seok, ia merupakan hakim yang hangat dan ramah terhadap para tersangka, berusaha membantu para tersangka untuk berubah dan tidak segan-segan untuk menolong mereka, hal ini tidak lepas dari pengalaman dibesarkan di lingkungan yang penuh dengan kekerasan.

Duet antara Shim Eun-Seok dan Cha Tae-Ju melahirkan dinamika menarik ketika melihat kasus pelanggaran hukum anak di bawah umum, Eun-Seok memiliki pendekatan yang lebih keras sedangkan Cha Tae-Ju biasanya lebih lembut kepada para pelaku.

Juvenile Justice (2022) hanya memiliki 10 episode, setiap episode memiliki cerita yang saling berkaitan, pada akhirnya penonton akan mendapatkan informasi mengenai masa lalu dari Shim Eun-Seok dan apa yang mendorongnya menjadi seorang hakim pengadilan anak.

Cerita serial dimulai dari kasus pembunuhan seorang anak oleh dua orang pelaku dibawah umur, kasus pencurian dan kekerasan, kasus kaburnya remaja perempuan dari rumah singgah, kasus bocornya kertas ujian di sebuah sekolah, kasus kecelakan lalu lintas, dan ditutup dengan cerita mengenai kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual.

Salah satu hal yang menarik dari Juvenile Justice (2022) adalah pesan bahwa kenakalan anak dibawah umur tidak lepas dari faktor hubungan mereka dengan orang tua, ketika seorang anak tidak mendapatkan perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua terdapat peluang seorang anak untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Pendidikan yang didapatkan mereka dari sekolah tidaklah cukup untuk membentuk karakter dan sikap dari seorang anak. Hal ini tercermin dari beberapa vonis yang dijatuhkan oleh Shim Eun-Seok maupun Cha Tae-Ju yang juga menghukum orang tua mereka. Pesan lain yang dibawa dari cerita ini adalah pesan “politik” untuk mengubah Undang-Undang Pengadilan Anak di Korea Selatan.

Walaupun begitu, kekurangan dari cerita ini adalah bagaimana cerita ini diakhiri, penulis merasa bahwa ending dari cerita ini terlalu lemah jika dibandingkan dengan prolog-nya, serial ini ibarat bunga yang gagal mekar, terlihat menjanjikan pada awal episode tetapi mengecewakan di akhirnya. Selain itu, salah satu jalan cerita yang menurut penulis kurang logis adalah tindakan dari Shim Eun-Seok yang sering kali menyelidiki sendiri tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukan oleh para tersangka, penulis merasa tindakan ini jauh dari kenyataan apa yang ada.

Singkat kata
Juvenile Justice (2022) merupakan film berlatar hukum yang menarik untuk ditonton, tokoh utama dari serial ini memiliki pengalaman buruk sehingga ia bersikap dingin kepada pelaku kriminal di bawah umur tetapi sebenarnya sikap dinginya itu ditunjukan untuk membantu mereka untuk mengoreksi diri serta agar tidak membuat kesalahan yang sama”

Penulis memberikan nilai 3.5/5.0 untuk serial ini.
Selamat menonton

Leave a comment