Tembak Harga…

Celoteh Tak Berujung
Kumpulan Tulisan Iseng dari Si Penyair

Sempat jagat maya di Indonesi dihebohkan mengenai celoteh seoran pelanggan ‘GoJek’ yang ojek pesanannya diintimidasi oleh ‘para tukang ojek’ yang mangkal di dekatnya. Pengemudi  ‘GoJek’ itu ketakutan karena ancaman fisik dan akhirnya meminta si pemesan untuk membatalkan pesananya demi keselamatan mereka berdua.

‘Para tukang ojek’ pangkalan itu merasa ‘GoJek’ mengambil jalan rezeki mereka, mereka juga merasa bahwa para pekerja yang bekerja di sekitar pangkalan ojek tersebut ‘wajib’ menggunakan jasa mereka. Suatu pemikiran yang arogan.

Pada kenyataannya, ‘Para tukang ojek’ di pangkalan ojek di Jakarta merupakan bentuk usaha monopoli, sampai sejauh ini saya belum pernah menemukan mengenai aturan-aturan daerah yang mengatur secara resmi bagaimana operasional bisnis ojek.

Pekerja di Jakarta merupakan korban dari para tukang ojek, karena tidak ada regulasi yang pasti, mereka dengan seenaknya ‘menembak’ harga untuk layanan antar mereka, apalagi ketika jam berangkat/pulang kerja, para tukang ojek ini berlaga bak raja, yang dengan mudah menolak para penumpang jika mereka tidak sepakat dengan harganya.

Aplikasi ‘GoJek’ hadir sebagai antithesis dari perilaku monopoli tukang ojek ini. Setiap pengemudi ‘GoJek’ dibekali smartphone yang salah satu fungsinya untuk mengukur jarak tempuh yang dilalui mereka, sehingga bisa keluar perhitungan biaya jasa yang adil bagi penyedia jasa dan penumpang.

Sudah sewajarnya, dalam kehidupan seorang manusia sesuatu yang terbaik untuk dirinya dan ketika abang pangkalan ojek menawarkan jasa mereka dengan harga yang tidak wajar, (padahal jarak dekat), tentunya kita akan lebih memilih ‘GoJek’ karena memberikan kepastian dalam hal perhitungan biaya dan jarak yang ditempuh.